Google info dan internet online

Tuesday 21 August 2012

AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN TAUBAT postheadericon

Posted by cerdas alquran | Pada 19:46




Oleh
Abu Usamah Salim bin ‘Ied al-Hilali



Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman.

"Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31]

Dzat Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang berfirman.

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman yang bersamanya, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” [At-Tahrim : 8]

PENGERTIAN TAUBAT NASHUHA
Taubat nashuha adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta'ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dari dosa yang pernah ia lakukan karena sengaja atau lupa dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dan berhukum dengan ketaatan yang akan mengantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang bertakwa serta menjauhkan antara ia dengan jalan-jalan syaitan.

WAJIBNYA TAUBAT NASHUHA
Ketahuilah wahai hamba yang bertaubat -semoga Allah memberikan taufiq kepadamu untuk melakukan taubat yang akan menghapus dosa sebelumnya dan semoga Allah membekalimu dengan takwa- bahwa taubat nashuha adalah fardhu 'ain atas setiap muslim.

Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman:

"Artinya : …Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." [An-Nuur: 31]

Dzat Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang juga berfirman

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya … ." [At-Tahriim : 8]

Allah Yang Maha Penyayang telah berfirman melalui lisan Nabi Syu’aib :

"Artinya : Dan mohon ampunlah kepada Rabb-mu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." [Huud: 90]

Ayat-ayat yang mulia lagi tegas ini, sesuai dengan hadits-hadits yang mulia dan shahih.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÊõæúÈõæúÇ Åöáóì Çááåö¡ ÝóÅöäöøí ÃóÊõæúÈõ Åöáóì Çááåö Ýöí Çúáíóæúãö ãöÇÆóÉó ãóÑøóÉò.

“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Allah, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah seratus kali dalam sehari.”[1]

Karena itulah umat Islam -semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada umat ini- telah sepakat akan wajibnya melakukan taubat.

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata dalam kitab al-Jaami’ li Ahkaamil Qur’aan (V/90), “Umat telah sepakat bahwa taubat adalah kewajiban (fardhu) atas orang-orang mukmin.”

Dalam kitab Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin, hal. 322, Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, “Umat telah ijma' (sepakat) akan wajibnya taubat.”

Maka bersegeralah kalian wahai para hamba Allah untuk menuju kepada-Nya, niscaya kalian akan mendapatkannya sebagai Dzat Yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang serta berjalanlah di atas jalan orang-orang mukmin yang bertaubat, niscaya Rabb kalian akan membangkitkan kalian pada kedudukan yang mulia lagi terhormat.

SETIAP ANAK ADAM PASTI BERSALAH
Di antara hal yang memperkuat akan wajibnya taubat nashuha agar dilakukan secara kontinyu dan secepat mungkin adalah bahwa manusia manapun tidak akan pernah lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan, namun setiap makhluk bertingkat-tingkat dalam kekurangan tersebut sesuai dengan takdirnya masing-masing, bahkan pada asalnya mereka pasti memiliki kekurangan. Dan hal itu ditutupi dengan taubat nashuha.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ßõáøõ ÇÈúäö ÂÏóãó ÎóØøóÇÁñ æóÎóíúÑõ ÇáúÎóØøóÇÆöíúäó ÇáÊøóæøóÇÈõæúäó.

“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”[2]

Rasulullah Shallallahuy ‘alaihi wa sallam bersabda:

áóæú Ãóäøó ÇúáÚöÈóÇÏó áóãú íõÐúäöÈõæúÇ¡ áóÎóáóÞó Çááåõ ÎóáúÞðÇ íõÐúäöÈõæäó¡ Ëõãøó íóÛúÝöÑõ áóåõãú¡ æóåõæó ÇáúÛóÝõæúÑõ ÇáÑøóÍöíúãõ.

“Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[3]

Maka marilah wahai para hamba Allah kita bersegera melakukan taubat nashuha yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan hati dari raan (karat)nya. Karena dosa-dosa adalah karat yang melekat pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai dan berpaling dari hal-hal yang akan menjauhkan hati dari sesuatu yang dicintai secara syara’ adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Åöäøó ÇáúãõÄúãöäó ÅöÐóÇ ÃóÐúäóÈó ßóÇäóÊú äõßúÊóÉñ ÓóæúÏóÇÁõ Ýöí ÞóáúÈöåö¡ ÝóÅöäú ÊóÇÈó æóäóÒóÚó æóÇÓúÊóÛúÝóÑó ÕõÞöáó ÞóáúÈõåõ ãöäúåóÇ¡ æóÅöäú ÒóÇÏó ÒóÇÏóÊú ÍóÊøóì ÊóÚúáõæó ÞóáúÈóåõ ÝóÐóáößõãõ ÇáÑøóÇäõ ÇáøóÐöí ÐóßóÑó Çááåõ ÚóÒøó æóÌóáøó Ýöí ßöÊóÇÈöåö:

“Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah hingga menutupi hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-Nya, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.’ [Al-Muthaffifin: 14].”[4]

ANJURAN UNTUK MELAKUKAN TAUBAT NASHUHA
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganjurkan untuk melakukan taubat dan beristighfar, karena hal itu lebih baik daripada gemar melakukan dosa yang terus-menerus dilakukannya.

Allah Jalla Tsana-uhu berfirman:

"Artinya : …Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan di akhirat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai seorang pelindung dan penolong pun di muka bumi." [At-Taubah: 74]

Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang juga berfirman:

"Artinya : Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Al-Maa’idah: 74]

Karena itulah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memperbanyak taubat dan istighfar (memohon ampunan) sehingga para Sahabat beliau menghitung ucapan beliau dalam suatu majelis:

ÑóÈöø ÇÛúÝöÑúáöí æóÊõÈú Úóáóíøó Åöäøóßó ÃóäúÊó ÇáÊøóæøóÇÈõ ÇáúÛóÝõæúÑõ.

“Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah taubat-ku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Pengampun.” Sebanyak seratus kali.[5]

Demikian pula para Nabi dan Rasul-Rasul Allah, mereka senantiasa menganjurkan kaum-kaum mereka untuk bertaubat. Allah Ta’ala berfirman melalui lisan Nabi Shalih :

"Artinya : Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, 'Hai kaumku, beribadahlah kepada Allah, sekali-kali tidak ada bagimu ilah selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do’a hamba-Nya)." [Huud: 61]

Semoga Allah merahmati al-Qurthubi rahimahullah yang dalam kitab Tafsiirnya (V/92) telah menganggap baik perkataan Muhammad al-Waraq yang mengatakan:

ÞóÜÏöøãú áöäóÝúÓößó ÊóæúÈóÜÉð ãóÑúÌõÜæøóÉð
ÞóÈÜúáó ÇáúãóãóÇÊö æóÞóÈúÜáó ÍóÈúÓö ÇúáÃóáúÓöäö
ÈóÜÇÏöÑú ÈöåóÇ ÛóáúÜÞó ÇáäøõÝõæúÓö ÝóÅöäøóåóÇ
ÐõÎúÜÑñ æóÛóäóÜãñ áöáúãõäöíúÈö ÇúáãõÍúÜÓöäö

Berikanlah taubat yang diharapkan untuk jiwamu,
sebelum kematian dan sebelum lisan-lisan dibelenggu.
Bersegeralah menutup jiwa dengan taubat karena sesungguhnya,
taubat adalah simpanan dan harta berharga bagi orang yang ingin kembali lagi berbuat kebaikan.

[Disalin dari kitab at-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur'aan al-Kariim wal Ahaadiits ash-Shahiihah yang ditulis oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullaah. Edisi Indonesia Luasnya Ampunan Allah, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
__________
Foote Note
[1]. HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad, hal. 92, dan Mus-lim, (XVII/24 -an-Nawawi) dari hadits ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu
[2]. HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Majah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hakim (IV/244), dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 4391).
[3]. HR. Al-Hakim (IV/246), Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah (VII/204), dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 967).
[4]. HR. At-Tirmidzi (no. 3334), Ibnu Majah (no. 4244), Ahmad (II/297), Ibnu Hibban (no. 2448-Mawaarid), dan al-Hakim (II/517) dari hadits Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dan dinyatakan shahih oleh beliau dan disetujui oleh adz-Dzahabi, dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no. 1666).
[5]. HR. At-Tirmidzi (no. 3434) dan Ahmad (II/21) dari hadits
Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 556).

0 comments:

Post a Comment